Pidato Berbakti Kepada Orang Tua
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah-alhamdulillahillazi
arsala rasullahu bilhuda wadinil haq, liyunzirohu ‘aladdini kulli walau karihal
musyrikun walau karihal munafiqun, ashaduallailahailallah waashaduanna
muhammadarrasulullah salallahu’alaihi wassalam la nabi ya ba’ da, amma ba’du.
Pertama dan utama sekali puji dan
syukur marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan langit
tanpa tiang dan bumi tanpa hamparan dan dibawah kekuasaannya tunduk segala
rencana.
Selawat beriringan salam tidak lupa
kita kirimkan buat junjungan umat yakninya Nabi besar Muhammad SAW,
“Parit pagar kota Mekah,
Intan Mutiara kota Madinah,
Buah hati Siti Aminah”
Yang telah berenang didalam darah berjalan
diatas bangkai serta bernafas diujung pedang demi tegaknya kalimat tauhid “Laailaahaa
illallah” di permukaan bumi ini.
Yang
sama-sama kita hormati Bapak Dewan Juri yang menimbang sama berat, mengukur
sama panjang lagi adil dan bijaksana, dan seterusnya yang sama-sama saya
hormati, teman-temanku, pilar-pilar baja harapan Nusa, Bangsa dan Agama.
Baiklah, untuk tidak memperpanjang kata-kata
muqadimah, saya beri judul pidato saya yaitu :
“BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA”
Rasulullah pernah ditanya oleh sahabatnya “ya
Rasul, kepada siapa kami harus berbuat baik” Rasul pun menjawab : “kepada
Ibumu, kepada Ibumu, kepada Ibumu,dan kepada Ayahmu”. Mengapa Rasulullah
mengatakan Ibu 3X sedangkan Ayah Cuma 1X ?
Yang pertama !
“Karena Ibulah yang telah mengandung kita selama 9 bulan 10 hari”
Wahnan ala Wahnin dengan susah di atas susah.
Coba kalau Bapak-bapak
selama 9 bulan 10 hari digantungkan 2 buah kelapa di perut, sanggup ngaak
bapak-bapak? Ya enggaklah, masa iya-iya donk..
Yang kedua !
Karena ibulah yang telah melahirkan kita dengan menyabung nyawa antara
hidup dan mati menumpahkan darah dan air mata demi si anak tercinta.
Coba kalau kita lihat Bapak-bapak disaat Ibu menyabung nyawa, eh
Bapak-bapak malah asyik merokok, iya nggak teman-teman…………
Yang ketiga !
Karena ibulah yang membesarkan kita. Ibu tak kan rela walaupun seekor
nyamuk mengganggu kita. Contohnya saat tengah malam kita menangis, yang bangun
ayahnya atau ibunya? Tentu saja ibunya.
Tengah malam kita menangis eaak-eaak maka ibu
mendiamkan kita sambil bernyanyi “dodoy si dodoy oh dodoy si dodoy…eaak-eaak…kita masih menangis juga,
maka Ibu mengganti lagunya “ya Nabi salam ‘alaika…..” eaak-eaaak…kita masih
menangis juga, maka ibu berkata kepada kita “mingkin anakku ini anak gau nih
gak suka lagu-lagu seperti ini. Maka Ibu mengganti lagunya : Laskar
cinta…tebarkanlah benih-benih cinta….eaaak-eaak…kita masih menangis juga, maka
Ibu mengeluarkan senjata pamungkasnya. Teman-teman tau nggak senjata pamungkas
ibu itu apa?? Senjata pamungkas Ibu ialah ASI / air susu ibu, barulah kita
diam. Capek dehh…!
Sedangkan untuk ayah 1X berarti
ayah harus mencari nafkah yang halal untuk anak-anaknya yang tercinta. Karena
nafkah yang halal akan sanggup menciptakan anak yang shaleh dan shaleha.
Dengarkanlah firman Allah yang berbunyi,
Yang artinya :
“Janganlah kamu menyembah selain
Allah dan berbuat baiklah kamu kepada kedua orang tuamu.
Hadirin walhadirat rahimakumullah,
Dari ulaian diatas dapatlah kita
simpulkan menjadi “intan mutiara yang berhargakalaulah mereka berada diusia tua
maka jagalah mereka dan janganlah kamu berkata-kata cis kepada mereka. Itu sama
artinya kita terjun ke jurang neraka, kalaulah mereka telah tiada maka do’a
kanlah mereka, marilah teman-temanku semuanya kita berdo’a kepada Allah SWT.
Bismullahirrahmanirrahim.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan
dosa kedua orang tuaku sebagaimna mereka telah mengasuhku diwaktu kecil
Ya Allah, jadikanlah kami anak yang
shalehdan shaleha yang patuh kepada orang tua.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami
karma kami sadar dosa kami bagaikan pasir di pantai, laksana bumi di lautan,
ampunilah kamu ya Allah.
Baiklah, hanya ini yang dapat saya
sampaikan, jika terdapat salah dan juga janggal saya mohon maaf
sebesar-besarnya, wabillahi taufik walhidayah waridu ‘iwal inayah,
wassalamu’alaikun Wr.Wb.
0 komentar:
Posting Komentar