Senin, 13 Mei 2013

BUdi Bocah Bagai Mutiara Terpendam



BUdi Bocah Bagai Mutiara Terpendam


“Tidaklah mereka melakukan perjalanan di muka bumi,

sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, ..”

QS.Al-Hajj:46

Siang yang terik menjelang dzuhur, terdengar seorang anak berbincang dengan Tante saya. Anak tersebut dikenal karena kekurangan IQ-nya, anaknya agak lamban tapi tidak pernah berbuat merugikan orang lain.

Anak tersebut juga bisa berbahasa dengan orang yang lebih tua, dengan bahasa indonesia halus campuran jawa. Ucapannya agak gagap, terbata-bata dan suara agak sedikit sengau.

Dari pagi hari, Ia sudah berjalan-jalan dan menyandarkan sepeda roda dua di depan halaman rumah tante aku. Satu buah peluit kecil menjadi alat untuk bekerja. Ya, si anak ini sering memandu mobil keluar masuk untuk parkir di rumah makan samping rumah kami.

Tentunya dia sangat berbeda dengan tukang parkir resmi yang berseragam dan membawa kupon parkir. Baju kebesarannya adalah baju kesebelasan sepak bola. Jika diperhatikan bisa jadi si anak ini adalah penggemar sepak bola.

Dari dulu saya pikir anak tersebut memang bekerja sebagai tukang parkir, saya tidak begitu menghiraukannya karena tidak kenal. Setelah mendengar obrolannya dengan tante, saya jadi ingin kenal dan ingin lebih tahu siapa sebetulnya anak tersebut.

Si anak adalah bekas murid di sekolah dasar, karena ketidak mampuan mengikuti pelajaran, maka para guru menganjurkan kepada orang tua si anak agar Ia dipindah ke Sekolah Luar Biasa. Dengan pertimbangan banyak hal, orang tua tidak mampu menyekolahkan ke SLB, dan memutuskan si anak untuk di rumah saja, berhenti sekolah karena kecerdasannya yang sangat kurang.

Sejak saat itu pekerjaan untuk mengisi waktu luang, digunakan untuk memandu mobil keluar masuk. Imbalan yang di berikan pada para tamu terlihat selalu di masukkan ke dalam sebuah kaleng.

Sebenarnya sudah ada petugas parkir resmi, tetapi karena kebaikan petugas parkir tersebut, si anak dibiarkan bekerja. Dan petugas resmi beralih ke halaman rumah makan lain yang letaknya di seberang jalan.

Pemandangan indah yang saya lihat. Tidak ada perebutan kekuasaan seperti di kota-kota besar. Bisa jadi petugas parkir resmi bermurah hati karena mengetahui kekurangan anak tadi.

Kecerdasan untuk belajar bisa jadi kurang, akan tetapi kebersahajaan dan kesederhanaan pikirannya membuat si anak tidak di benci oleh lingkungan.

Seperti isi hatinya yang Ia utarakan pada tante saya, ketika ada sekelompok pengamen Lengger Banyumasan beratraksi di depan warung makan sedang suara adzan baru selesai dikumandangkan, Ia protes karena Lengger-lengger itu tidak pantas menari berkeliling di saat siang hari.

tante yang mendengar curahan hatinya, balik menasehati, dan menjelaskan kalau mereka itu sedang bekerja mencari uang. Jadi jangan disalahkan, biarkan saja asal jangan ikiut-ikutan.

Si anak tetap mempertahankan pendapatnya, kalau siang hari itu sedang panas dan mereka janya membuat berisik. Pikiran lumrah yang sesuai dengan kenyataan, kalau di siang hari terdengar hingar bingar tentunya sangat membuat suasana tidak nyaman. Masuk di akal.

Tanpa persetujuan si anak tersebut bolak balik melapor kepada tante kalau Lenggernya masih ada. tante hanya tersenyum, paham sekali apa yang pikirkannya. Karena si anak tersebut tadinya adalah murid tante saya.

Mendengarkan laporan anak tadi, saya jadi kagum pada kekurangan yang Ia miliki, meski tidak seperti anak-anak lainnya, namun hatinya masih bersih, bisa membaca mana yang baik dan yang buruk.

Dugaan saya bisa jadi benar, setelah tante memberikan jajan kepadanya ucapan terimakasih dan senyum yang tulus terpancar sebagai kebaikan budi yang bisa jadi agak luntur sekarang ini. Di balik kekurangannya masih ada mutiara yang tersembunyi di hatinya.


Terkait

Description: BUdi Bocah Bagai Mutiara Terpendam Rating: 4.5 Reviewer: Unknown ItemReviewed: BUdi Bocah Bagai Mutiara Terpendam
Al
Mbah Qopet Updated at: 10:08 PM

0 komentar:

Feed